Rabu, 21 Desember 2011

jadi PNS hidup jadi (lebih) terjamin???

Gw inget saat jaman kuliah pas ditanya mau ngapain setelah lulus, dengan mantap gw jawab bakalan jadi PNS. Ya jd PNS ato panjangnya Pegawai Negeri Sipil, alasan gw sederhana "itu titah dari orang tua"
Di jaman yang katanya globalisasi, pasar bebas sekarang ini pekerjaan menjadi PNS masih jadi primadona. Harus diakui PNS memberikan banyak "kemudahan" terutama iming-iming dana pensiun yg abadi.
Tapi benarkah menjadi PNS itu (lebih) menjanjikan??? Sebuah pertanyaan yg mungkin akan mudah dijawab. Menjadi seorang PNS dengan mudah melanggar jam kerja (pas nulis ini gw lg di jalan menuju kantor) bahkan dengan mudahnya membolos. Jadi ingat jaman kuliah, kalo bolos lebih dari 20 % jumlah pertemuan trus ga bole ikutan ujian. Coba PNS, lu ga masuk 1 minggu paling jd bahan gosip bapak-bapak (ini juga penomena PNS, bergosip ga hanya punya kaum hawa tp juga adam:))). Kembali ke bolos, tu orang tetep dapat gaji full di tambah dinas luar yg tetep di kasih walau dia ga ikutan.
Itu baru satu poin yang bagi orang-orang jafi trendmark PNS "ga bisa disiplin waktu"
oh ya ada lg nih yang membuat PNS (lebih) terjamin. Mana ada pekerjaan yang cuma duduk-duduk dapet duit, selain pengemis di trotoar jalan, mungkin hanya PNS yang bisa begitu. Perjalan fiktif (PF) itu namanya. Coba bandingkan kalo pengemis cuma dapet puluhan ribu (kalo berunntung) perhari. PF bisa dpt jutaan tiap tandatangan.
Selain 2 hal itu masih banyak "kemudahan" yang diberikan pekerjaan yang dinamakan PNS ada juga yang positif misalnya kredit bank, perumahan, status sosial naik, dll.
Oy masih banyak memang kemudahan yang diberikan ga bakal muat waktu buat nulisin semua, tp yany paling menggiurkan terutama bagi yang bujangan adalah seorang PNS adalah idaman bagi calon mertua (pengalaman pribadi nih)
segini dulu ya tulisan ini. Ntar d sambun g cz dah mau nyampe kantor nih, ditulisan selanjutnya bakalan gw ceritain bahwa lu mesti mikir panjang kalo mau jadi PNS. Trus apa yang mesti lu siapin buat jadi PNS yang (menurut gw) baik.
Published with Blogger-droid v1.7.4

Kamis, 06 Januari 2011

Selamat Datang LIga Primer Indonesia, Apa yang mereka tawarkan??

Tepat tanggal 8 Januari 2011 nanti sebuah kompetisi sepakbola bertajuk Liga Primer Indonesia akan bergulir dengan laga Solo FC melawan Persema Malang di Stadion Manahan Solo akan jadi pembuka.Belum lahir saja LPI sudah mengalami banyak konflik. banyak nada setuju dan mendukung namun banyak pula yang menghujat dan menentang. terutama PSSI sebagai induk Sepakbola di Negeri kita tercinta. PSSI menganggap LPI sebagai organisasi Ilegal dan tidak dikenal dan melarang LPI untuk menggelar kompetisi. PSSI menganggap LPI sebagai sebuah tandingan bagi Indonesia Super League (LSI), yang akan mengancam kelangsungan ISL sebagai satu-satunya Kompetisi yang diakui oleh PSSI.

Lalu apa yang lebih baik??tentu saya belum bisa menunjuk salah satu dari ISL atau LPI, saya hanya berharap LPI diberi kesempatan untuk membuktikan diri.
berikut saya coba melihat perbedaan antara ISL dan LPI

Indonesia Super League (ISL):

ISL dengan payung PSSI.
Afiliasi regional: AFC
Afiliasi Internasional : FIFA

- Struktur Saham:
Yayasan: 5 persen
Klub: 0 persen
PSSI: 95 persen

- Pembagian Hak Siar TV :
Hanya uang kompensasi siaran langsung : 0 persen

- Pembagian Sponsor Utama : 0 %


- Keuntungan : 100 persen untuk PSSI/PT Liga Indonesia

- Wasit : Lokal
- Sumber Dana : APBD
- Badan Yudisial : Komdis dan Komding PSSI
- Peserta : 18 klub
- Sponsor : PT. Djarum (Rp.41.5 milliar)
- Hadiah : Rp.1,5 milliar

Liga Premier Indonesia (LPI):

LPI: dengan payung PSSI
Afilliasi Regional: AFC
Afiliasi Internasional: FIFA

- Struktur Saham:
Yayasan: 100 persen klub


- Pembagian Hak Siar TV:
Klub: 100 persen


- Pembagian Sponsor Utama :
Klub: 100 %

- Keuntungan:
Share Klub Peserta: 80 persen
Untuk Pembinaan: 20 persen

- Wasit: Asing (2 tahun)
- Sumber Dana: Investasi Rp.15-20 M/klub
- Badan Yudisial: Komdis dan Komding LPI
- Peserta: 18-20 klub
- Sponsor: Konsorsium investor
- Hadiah: Rp. 5 milliar.

Sumber: Tempointeraktif

LPI muncul dari ide profesionalisme klub, dimana klub-klub ISL saat ini masih banyak yang masih menyusu kepada APBD, padahal pada awal kemunculannya sebagai pengganti Divisi Utama Liga Indonesia, ISL diharapkan mampu menjadi mandiri, tidak lagi bergantung kepada APBD. Tapi kenyataannya jauh api dari panggang, bukannya mandiri banyak klub yang hanya berubah menjadi BUMD, yang artinya masih mendapat subsidi walaupun sebagai badan usaha tidak jelas untung ruginya.

untuk itulah LPI muncul, sistem yang berasaskan kemandirian memang menjadi impian selama ini. APBD yang diharapkan untuk pembangunan, lebih banyak tersedot ke Sepakbola. Saat APBD macet, gaji pemain pun nunggak, hal inilah yang dijanjikan tak akan terjadi di LPI. Klub bisa mandiri (walau awal dikasih modal), gaji tak lagi nunggak (ingat hak siar jadi hak klub juga loh), APBD bisa dialokasikan untuk yang lebih penting (klo tetep buat sepakbola buat benahin fasilitas lah, bukan buat gaji pemain asing).

tapi bukan berarti LPI menjadi sempurna dan ISL bakalan ditinggalkan. seperti yang kita ketahui, fanatisme masyarakat indonesia sangat besar, dan tim-tim tradisional yang memiliki basis fans besar masih ikut bersaing di ISL. selain itu dana yang lebih melimpah di ISL membuat kualitas pertandingan di ISL akan lebih menarik di banding LPI (pemain terbaik negeri masih banyak yang berlaga di klub ISL.

Jadi mari kita tunggu kiprah LPI dalam memperbaiki persepakbolaan negeri. selain itu harapan untuk PSSI tercinta, mohon jangan tengok LPI sebagai saingan, tapi lihat kenapa LPI lahir. berasal dari kekecewaan dari janji-janji palsu yang pernah diucapkan